Mitos,
adalah pengetahuan yang hidup dikelilingingi benteng-benteng pembatas; keyakinan
atau kepercayaan yang hanya mengandalkan sedikit fakta dan banyak tahayul ini sepertinya tak akan punah sampai kapanpun. Padanya ada banyak hal yang menarik,
menghibur dan sudah pasti tidak melelahkan sebagaimana pengetahuan ilmiah. Di
Indonesia yang konon orang-orangnya malas berpikir, mitos terus hidup, dan bagi
saya ini lebih baik daripada hoax yang cenderung dibangun di atas dasar hati
yang busuk.
Dua
hari yang lalu ibu saya sangat berbahagia—terkesan dari caranya bicara dan
tertawa—karena mendapat cucu baru. Cucu laki-laki sebagai anak pertama dari
anak perempuan ke duanya (kami tujuh bersaudara empat lelaki dan tiga
perempuan). Bayi dengan bobot hampir tiga setengah kilogram itu mukanya
benar-benar segar dan gemuk. Menyenangkan melihatnya, tapi ibu saya sebagai
generasi Jaman Old meski setiap hari menonton tivi ternyata tak mudah
lepas dari pengetahuan masa lalunya. Menyaksikan cucunya dengan muka gemuk sesampainya di rumah langsung ditempelinya pipi yang tembem itu dengan kulit bawang putih,
katanya agar mukanya tidak tembem selamanya.
Apakah
kulit bawang putih mampu menyerap lemak dan bisa menyusutkan pipi yang gembil? Saya sendiri baru pertama kali
melihat ada tindakan seperti itu, dan bagi saya ini sesuatu yang menghibur. Ini
sudah pasti mitos, di sana ada tahayul tapi juga menantang bagi orang yang
kritis pada pengetahuan. Mungkin kulit bawang yang tipis itu tak punya pengaruh
langsung pada bentuk wajah si bayi, tapi memikirkan itu adalah symbol yang
berisi pesan bagi ingatan dan kesadaran orang-orang yang melihatnya, bisa
dirasakan betapa ada kejeniusan di sana. Bukankah Tuhan menciptakan segala
sesuatu ada maksudnya?
Bayi
berpipi tembem bagi banyak orang menggemaskan, tapi kenapa ibu saya seakan
tidak menyukainya, hal ini membuat saya ingat dengan buku yang pernah saya baca
belasan tahun lalu (tentang orang bodoh, saya lupa judulnya) yang di sana
ditulis ciri-ciri fisik orang bodoh, salah satunya yang ditulis di buku itu
adalah orang yang banyak daging pada wajahnya. Dalam hal ini saya tak menduga
ibu saya berpikir hal demikian, kesan saya yang dilakukannya itu cuma berdasar
pada pengetahuannya yang didapat dari orang tuanya.
Hidup
terus berubah, kebiasaan-kebiasaan yang dulu harus dilakukan oleh orang-orang
pada saat tertentu kini banyak yang hilang, diganti sesuatu yang baru. Mitos
diganti pengetahuan ilmiah, yang ilmiah menjelma jadi mitos baru dan
seterusnya. Begitulah siklus kehidupan, dan semua itu menarik untuk dibaca, sayang
kita lebih sering kehilangan jejak masa lalu karena mudah gandrung dengan
hal-hal baru tanpa dibarengi upaya mencatat yang telah lewat.
Saya
sekarang mencatat apa yang dilakukan ibu saya pada cucunya itu, sambil berharap
diberi umur panjang, demi melihat seperti apa wajah keponakan itu saat sudah
besar nanti. Hidup benar-benar menyenangkan.
4 komentar:
temben ya malah menggemaskan to
Dan pengetahuan baru itu biasanya juga berawal dari mitos juga.
Ilmu orang tua itu biasanya dari turun-menurun, kebiasaan dan pengalaman.
Dan kemungkinan ada benarnya juga.
Saya baru tau kalo bawang putih bisa mengempiskan pipi bayi yang tembem. Saya mau coba, eh, takut merah karena sensitif. Ya sudah lah mas, banyak-banyak minum saja adek bayinya.
Sering-sering ajak main lari-lari. Masnya yang dikejar supaya adek bayinya kurus hihi.
IYA...BETUL BETUL BETUL
Posting Komentar